Ini Dia Pertandingan Catur yang Dasyat ala Andrea Hirata
Menonton Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV hari ini, ada satu penampil yang membawakan lawakan dunia olahraga dalam komedinya, antara lain tentang olahraga catur. Catur menurut sang comic, adalah cabang olahraga yang tidak termasuk olahraga karena berbagai alasan, tentu saja semua itu adalah bahan lawakan saja, karena memang sang comic sedang mencoba membuat audiens di Liquid Cafe, tempat berlangsungnya acara, tertawa.
Catur menurut sang comic adalah "olahraga" yang tidak seru, tidak ada momen-momen seperti di pertandingan sepakbola dimana pemain dan penonton sama-sama seru. Mendengar lelucon itu saya jadi teringat pada pertandingan catur yang bukan tidak seru tapi malah lebih seru dari pertandingan olahraga manapun, saya menyebutkanya pertandingan catur yang dasyat.
Pertandingan catur itu adalah antara Maryamah dengan Overste Djemalam dan final antara Maryamah dengan Matarom. Dua pertandingan itu tidak hanya seru tapi sangat dasyat, tidak hanya pemain dan penonton yang mengalami gegap gempitanya pertandingan itu tapi juga saya yang nun jauh dari waktu dan tempat kejadian.
Coba kita tengok pertandingan catur antara Maryamah dengan Overste Djemalam ini:
"Overste terpojok. Maryamah tak mengurangi intensitas serangan. Perwiranya dapat dikatakan berperilaku membabi buta. Menterinya menjelma menjadi pedang menetak lelaki-lelaki ganas yang tadi menyerangnya. Anjing-anjing pemburu babi hutan semburat ketakutan. Pertandingan berubah menjadi dramatis karena buah catur Overste hampir habis.
Aku tak tahu apa yang ada dalam pikiran Overste dan tak paham teknik apa yang diterapkan Maryamah. Namun, tampak di situ papan catur telah berubah serupa pembantaian di Padang Karbala. Dari seorang perempuan pendulang timah tak berijazah, Maryamah berubah menjadi seorang pecatur adiluhung. Dari pemangsa, Overste berubah menjadi dimangsa.
Akhirnya raja Overste berdiri sendiri karena semua pengawalnya telah berpulang kepada Tuhan. Wajah Overste sulit dijelaskan. Satu wajah yang malu, ego yang terluka parah, wibawa yang rontok, gamang, dan terkejut, bercampur dengan harapan yang patah mangkas tak dapat disambung lagi. Semua itu tak dapat ditopenginya, gagal. Dari seorang lelaki garang yang serakah, ia berubah menjadi lelaki yang sangat canggung. Maryamah menjentikkan kudanya. Seekor kuda sembrani bernapas api. Sekali terjang, raja Overste terjengkang."
Lalu yang ini, pertandingan final antara Maryamah dan Matarom:
"Beberapa langkah kemudian, wajah Matarom menjadi pias melihat Maryamah mulai membentuk satu formasi yang asing. Ia terperangah menyaksikan buah catur Maryamah terkonfigurasi secara aneh, dan ia ketakutan menunggu serangan dari balik kegelapan. Maryamah bertindak semakin membingungkan. Para penonton yang mengerti catur takjub melihat sebuah teknik virtuoso yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Mitoha dan Overste Djemalam terheran-heran. Aku sendiri tak tahu apa yang sedang terjadi. Alvin menutup mulutnya dengan tangan. Master Abu Syafaat menatap papan catur dengan cemas sekaligus terpana. Ia tahu yang dilakukan Maryamah pasti akan berakibat fatal, tapi ia tak mampu memahami teknik Maryamah yang sangat ganjil itu, Nochka menoleh padaku tersenyum.
“Guioco Piano,” desahnya dengan nada kagum.
Selanjutnya, Matarom seperti terjebak dalam permainan tali-temali yang membinasakan. Semakin ia bergerak, semakin ia tercekik. Gerakan buah catur Maryamah likat dan trengginas mencerminkan masa lalu yang menggiriskan dengan lelaki di depannya. Setiap strategi yang ia ambil adalah pembalasan atas kesemena-menaan lelaki itu. Setiap langkah buah caturnya adalah sederajat martabat yang ia kumpul-kumpulkan kembali.
Matarom membalas dengan tekniknya yang terkenal: Rezim Matarom. Pendukungnya gegap gempita menyemangatinya. Matarom kalap karena nafsu membunuh telah menguasainya. Papan catur perak menjelma menjadi Laut Cinta Selatan. Bahtera perompak menyeruak di antara gempuran ombak. Raja berekor berdiri dengan garang di haluan. Pedang Panglima Kwan Peng menebas leher prajurit-prajurit Maryamah. Darah mengenang di geladak.
Maryamah memutar haluan. Kedua bahtera terlibat dalam pertempuran maritim yang dahsyat. Perwira-perwira Maryamah berlompatan ke bahtera perompak. Menterinya menjadi admiral, menusuk pinggang kiri raja berekor, persis seperti saran Nochka.
Raja kanibal itu limbung. Rezim Matarom pun terburai. Rezim itu bukanlah tandingan Guioco Piano. Sebuah strategi Italia kuno yang memiliki daya bunuh yang kuat. Grand Master Ninochka Stronovsky bukan pula lawan seimbang bagi Master Nasional Abu Syafaat
Matarom menyerbu lagi dengan putus asa, namun Guioco Piano telah mencapai titik bunuhnya. Maryamah mengangkat kudanya. Ia bangkit dan menarik selendang pembatas sehingga bertatapan langsung dengan Matarom. Wajahnya bersimbah air mata. Dientakkannya kembali sang kuda sambil menjerit: sekakmat!"
Dasyat bukan? ini pertandingan catur yang lebih dasyat dari pertandingan olahraga manapun. Luar Biasa...
Tentu Anda tahu pertandingan yang saya maksudkan bukan? ya benar, ini adalah pertandingan catur dasyat yang dilukiskan Andrea Hirata dalam novel kedua dwilogi Padang Bulan, berjudul Cinta di Dalam Gelas. Baru pertama saya membaca laporan pandangan mata jalannya sebuah pertandingan catur yang dasyat dan dramatis seperti itu. Inilah kehebatan Andrea Hirata dalam menjalin kata-kata menjadi kalimat dan mengumpulkannya dalam paragraf-paragraf sehingga membentuk mozaik-mozaik yang dirangkai dalam novel yang luar biasa.
Jadi pertandingan catur yang "tidak seru" seperti yang digambarkan comic dalam Stand Up Comedy diatas tidak sepenuhnya benar bukan? hehe tentu saja, karena ada pertandingan catur dasyat ala Andrea Hirata yang mampu membawa kengerian pembantian Padang Karbala dan peperangan dasyat dengan perampok di Laut China Selatan di atas papan catur.
saya sudah baca semua karya dari andrea hirata.
ReplyDeletesampai hari ini saya tetap menunggu karyamu yang berjudul"Ayah"3 kali saya ketoko buku langganan.Ternyata blm terbit.
marni guru smk muh prambanan.Jogjakarta.
Selamat bu Marni Anda menjadi komentator pertama kali dari postingan di Gussmart, :) hehehe
ReplyDeleteWah sudah baca semua? berarti Anda setuju dengan pernyataan saya bahwa untaian kata Andrea dasyat bener? Saya kebetulan baru baca yang Tetralogi Laskar Pelangi + Dwilogi Padang Bulan, ada pernah lihat novel tipis karya Andrea Hirata "Sebelas Patriot" di pameran buku waktu itu, baru lihat covernya tapi belum baca. "Ayah" :kita sama-sama menunggu.
Terimakasih sudah mampir.